aku belajar kimia. kakak menghadap ke komputer mengerjakan tugas kuliahnya. bapak sedang sholat isya berjamaah di mushola. sementara ibu sedang duduk santai membaca koran sembari mendampingi aku dan kakak belajar.
"Assalamualaikum,"ada seorang laki - laki datang.
"waalaikum salam, ada apa pak?" jawabku
beliau tetanggaku. di tangannya membawa sebuah surat.
"Nak, ini saya dititipi surat oleh pak pos tadi siang. tapi buat bapak,"sahutnya
kuambil surat itu. tak lupa kuucapkan terimakasih. dan ternyata surat itu adalah surat yang aku kirim untuk orang tuaku.
nampaknya lelaki setengah baya itu bingung. karena mendapati seorang anak yang mengirim surat kepada orang tuanya, sementara mereka tinggal dalam satu rumah. mengirimnya pun lewat pos. benar - benar aneh, pikirnya.
"Surat dari siapa?"tanya ibu.
"nggak tau bu, ini buat ibu dan bapak,"
kuserahkan surat itu kepada ibuku. padahal surat itu dari aku. semacam sureprise kecil-kecilan. tapi cukup mengharukan bagi ibu.
sebenarnya hatiku deg-degan sekali tatkala surat itu sampai di tangan ibu. rasanya sedikit malu jika surat yang aku kirim, dibaca orang yang aku tuju, di hadapanku.ooh, inilah yang terjadi saat ini.
aku balik kanan, tak mau melihat ibu membaca suratku. sungguh, aku ingin menangis. bukan karena malu yang tiada tara. namun, karena ibu terharu mengetahui substansi surat dariku.
"Suratmu sudah bagus dek,"komentar ibu.
bagus. bagus apanya ya, batinku. aku nggak tau apa yang ibu maksud. bagus dalam arti apa, kerapian tulisan, substansi atau diksi.
tak tahulah, yang penting aku lega setelah suratku terkirim, berarti tugas bahasa Indonesiaku sudah tunai.
hingga akhirnya ibu bertanya, mengapa aku mengirim surat.
kujelaskan. jujur saja ini memang tugas sekolah.
suatu hari, guruku memberi tugas membuat surat. tugas ini kedengaraaannya 'wah'. sebelumnya dibenak teman - temanku, berpikir hendak memberikan surat kepada siapa. yang jelas pujaan hatinya. tunggu, pak guru belum selesai bicara.
"Buatlah surat untuk orang tuamu yang berisi tentang ucapan terimakasih atau maaf atau lainnya. sebagai rasa syukur dan terimakasih karena kamu telah dibesarkan oleh mereka,"
spontan saja murid-murid menjerit. gengsi kali ya menulis surat buat orang tua. apalagi mayoritas teman sekelasku tinggal serumah dengan orang tuanya.
ada benarnya juga. kita sering mengucapkan terimakasih atas pemberian orang lain sekecil apapun itu. namun, acap kali kita melalaikan hal itu kepada orang tua. siapa yang membesarkan kita? yang memenuhi semua kebutuhan kita? yang memberi kita kasih sayang? siapa lagi kalau bukan orang tua kita.
sudahkah kita berterimakasih? jarang kita lontarkan kata itu "terimakasih".
satu hal lagi. tak jarang kita menyakiti perasaan orang tua kita, yang sebenarnya sangat berjasa kepada kita. marah, tidak suka, jengkel, itu terkadang kita luapkan kepada orang tua. tapi, salah apa sih mereka? lantas, apakah kita sudah meminta maaf? belum. pasti kita merasa paling benar.
jadi, tulislah surat untuk orang tuamu. orang yang paling menyayangimu. orang yang paling berjasa dalam hidupmu..
hatiku tergugah. sadar. bangun. benar apa yang dikatakan pak Teguh, guru Bahasa Indonesiaku. orang tua mengajari kita mengucapkan terimakasih atas pemberian orang lain. sementara itu kita sendiri tak sering mengucapkan terimakasih atas pemberian orang tua. khilaf benar aku. sekarang aku merasa benar - benar bersalah kepada orang tuaku.
akhirnya kutulis surat itu. kuucapkan terimakasih, meski itu lewat tulisan. jasa ibu dan bapak sungguh tak terhitung dengan nominal.
aku sangat mengasihi mereka. dalam surat itu, kutulis pula puisi yang berisi tentang perasaan bahagia karana aku memiliki ibu dan bapak.
***
tak lama kemudian bapak tiba, membaca surat itu.
nampaknya kedua orang tuaku menyukai surat dariku. ibu dan bapak terharu. karena di dalam suratku tertulis juga tentang cerita seorang temanku yang sudah ditinggal oleh ibunya.
mungkin aku tak dapat menjalani hidup tanpa orang tuaku untuk saat ini.
kemudian ibu juga bercerita, pernah terlintas dalam benaknya. ibu dan bapak mengalami kecelakaan. hidup ibu dan bapak berakkhir bersama saat itu. kakakku bisa bersikap dewasa mendapati kenyataan ini. tetapi aku tidak. aku stress, depresi,gila, linglung. tak dapat terima kenyataan ini. ini adalah cerita tentang kehilangan. bukan berarti ibu dan bapak adalah milikku. mereka milik Allah. suatu saat juga akan kembali padaNya. namun, jujur saja, ibuku sendiri tak bisa membayangkan perasaanku jika harus hidup tanpa orang tua.
***
aku belum bisa hidup tanpa orang tua bu, pak.
aku akan selalu menyayangi, mendoakan ibu dan bapak.
terimakasih atas jasa ibu dan bapak selama ini.
maaf apabila ungkapan itu hanya bisa terucap lewat sebuah tulisan. namun percayalah, hal itu akan terukir di lubuk hatiku. memiliki ibu dan bapak adalah anugerah terindah dalam hidupku.
tetaplah menjadi orang tuaku yang utuh.
by:illa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar